
KabarTrending | Merah Putih: One For All Tuai Kritik Jelang Rilis – Film animasi Merah Putih: One For All garapan Perfiki Kreasindo menuai kritik warganet menjelang penayangan di bioskop pada 14 Agustus. Dengan anggaran produksi Rp6,7 miliar, film ini dinilai memiliki kualitas visual di bawah ekspektasi, proses pengerjaan super singkat, serta dugaan penggunaan aset dari luar negeri.
Film yang disutradarai Endiarto dan Bintang Takari ini diproduksi di bawah Yayasan Pusat Perfilman H. Usmar Ismail. Produser eksekutifnya adalah Sonny Pudjisasono dan Endiarto.
Biaya Besar, Visual Dikritik
Trailer yang dirilis memperlihatkan animasi kaku dan minim detail. Sejumlah pengguna media sosial membandingkan kualitasnya dengan game lawas atau proyek tugas sekolah.
Produksi Kurang dari Sebulan
Produser Toto Soegriwo mengungkap pengerjaan film dilakukan kurang dari satu bulan untuk mengejar momen HUT ke-80 Kemerdekaan RI. Kecepatan ini memunculkan keraguan publik terhadap hasil akhir.
Baca Juga : Pemerintah Tegaskan Tak Biayai Film Animasi Merah Putih: One For All
Dugaan Aset Impor
Konten kreator YouTube Yono Jambul mengklaim menemukan aset film yang dibeli dari marketplace seperti Daz3D. Salah satunya latar “Street of Mumbai” yang dinilai tidak sesuai nuansa lokal.
Perbandingan dengan Film Lain
Warganet membandingkan Merah Putih: One For All dengan Demon Slayer yang disebut menghabiskan sekitar Rp1,8 miliar per episode namun menghadirkan kualitas global. Animasi lokal Jumbo juga dinilai lebih unggul.
Situs Produksi Bermasalah
Upaya mengakses situs resmi Perfiki Kreasindo berujung error “403 Forbidden”, sehingga informasi tentang tim produksi sulit diperoleh.
Sinopsis dan Persaingan Bioskop
Film ini bercerita tentang delapan anak dari berbagai daerah yang berusaha menemukan kembali bendera pusaka yang hilang tiga hari sebelum upacara 17 Agustus. Merah Putih: One For All akan bersaing dengan Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba – Infinity Castle Part 1 yang tayang pada 15 Agustus.